Back To Top

Monday, May 18, 2020

Perlu Kerja Ekstrakeras



Dampak sistemik dalam negeri dan imbas krisis global masih menjadi debat panjang di tingkat elite. Masing-masing dengan sudut pandang yang berbeda. Di satu sisi ada yang menilai perekonomian 2009 penuh kegagalan, fondasi yang rapuh, dan teraupnya dana negara triliunan rupiah. Ada yang optimistis bahwa kegiatan perekonomian kembali meningkat, inflasi tetap moderat, dan pasar keuangan mengalami kenaikan. Ada beberapa indikator kesuksesan yang bisa dirasakan masyarakat, seperti peningkatan daya beli dan kesejahteraan masyarakat dengan penurunan angka kemiskinan yang disebabkan penurunan inflasi dan stabilitas nilai tukar yang terjaga.

Pada 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,4% setelah Tiongkok 8,9% dan India 7,9%, sedangkan sebagian besar negara di dunia masih mencatat pertumbuhan negatif. Hal itu terbukti dengan surplus anggaran sekitar RfJ38 triliun. Namun, realisasi defisit pada APBN-P 2009 iru-ncapai Rp 87,2 triliun (4J% produk ddmestik bru-teDB), lebih rendah dari tar-gj4Rp 129,8 triliun (2,4% PtJB), karena rendahnya penyerapan anggaran pemerin-tjh. Indonesia memiliki peluang usai melalui tren pelemahan global dan 2010 bisa njenjadi tahun akselerasi pertembuhan ekonomi. *Dengan melihat asumsi rjjakroekonomi Indonesia dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), ditetapkan proyeksi pertumbuhan

t-k......hu Indonesia 2010 sebe-

9af5,5%. Tingkat inflasi dan suku bunga diperkirakan akan sjabil. yang berada di level 5% dsjp 6,5%. Demikian juga nilai mk.ir mpi.ih ang ailTpada kisaran Rp 10.000 per dolar AS. "* Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, H 0 ini diharapkan menjadi vffjktu yang tepat untuk meng-aS$elerasi seluruh kegiatan {asyarakat guna meningkat-Wii kesejahteraan rakyat. Caranya, menggunakan seluruh

sumber daya ekonomi dan instrumen, dengan pembangunan infrastruktur, penciptaan lapangan kerja, pemberian subsidi, perbaikan pendapatan, pendidikan, dan kesehatan.

"Prestasi hasil kerja keras yang telah kita capai, janganlah disia-siakan dan dikapita-lisasi, tetapi harus dimanfaatkan supaya kita tidak kehilangan momentum," ujarnya.

Sementara itu, pada rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN), arah WbljaKan fiskal AHU-20T4 yaitu "Mendukung stimulasi perekonomian dan pembiayaan pembangunan berbasis Triple Track Strategy, dengan tetap menjaga ketahanan fiskal yang berkelanjutan {fiscal sustainability)". Pemerintah telah mencanangkan 11 prioritas nasional, khususnya bidang perekonomi-
an yang memiliki 19 program yang dilakukan lewat program 100 hari kerja Kabinet Indonesia Bersatu (KB) n.

Demi mewujudkannya, anggaran infrastruktur pun ditingkatkan secara signifikan untuk mendukung pembangunan sarana dan prasarana dasar, dalam rangka menyukseskan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan pengangguran.

Namun, perekonomian ha-rus menghadapi tantangan cukup serius dengan memanasnya suhu politiralnTf28U9. Belum genap 100 hari periode KIB II, berbagai rintangan membatasi upaya pemerintahan ini menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Kasus kriminalisasi dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang disusul polemik bailout Bank Century

(kini Bank Mutiara) yang menelan biaya Rp 6,7 triliun, menjadi wake up call bagi rakyat untuk mempertanyakan kembali kemampuan SBY-Boediono rhembangun akselerasi kegiatan ekonomi.

Jaminan

Indonesia diharapkan bisa mengambil momentum perbaikan ekonomi dunia untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi. Mencermati hal itu, tidak ada jaminan fMwa"J5?merintaBan SBY-Boediono akan tetap solid dan bekerja optimal untuk memperbaiki perekonomian.

Para menteri yang berasal dari golongan dan partai politik (parpol) yang berbeda platform, memiliki agenda sendiri sesuai tuntutan dan kepentingan golongan atau parpol tem-
patnya berasal.

Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E LIPI) Agus Eko Nugroho menyatakan perekonomian Indonesia 2010 berpotensi tumbuh 5,9% yang diperkirakan pemerintah 5,5%.

"Namun, naiknya angka pertumbuhan ternyata tidak dibarengi dengan naiknya defisit. Tantangan terbesar yang dihadapi perekonomian nasional adalah merestruktur pertumbuhan, agar menjadi lebih berkualitas," katanya.

Hasil perkiraan menunjukkan, kemiskinan secara nominal mengalami kenaikan. Penduduk miskin di Indonesia diprediksi bertambah menjadi 32,7 juta jiwa pada 2010, yang sebelumnya 32,5 juta jiwa pada 2009. Demikian juga

tingkat setengah pengangguran dari 31,57 juta jiwa menjadi 32,04 juta jiwa. Namun, untuk pengangguran terbuka justru menurun dari 8,9 juta jiwa pada 2009 menjadi 8,8 juta jiwa pada 2010.

Program pemerintah yang telah dijalankan dalam mengurangi angka kemiskinan, dinilai tidak berjalan efektif. Program bantuan langsung tunai (BLT), bantuan operasional sekolah (BOS), distribusi beras rakyat miskin (raskin), dan PNPM, belum optimal menurunkan kemiskinan karena pelayanan belum sistematik dan saling tumpang tindih.

ProgTam penanggulangan kemiskinan tidak nyata terserap masyarakat kurang mampu. Selain antardepartemen pemerintahan pusat punya agenda masing-masing, peme-
rintah daerah (pemda) juga punya rencana aksi menanggulangi kemiskinan.

Di tengah krisis, beberapa indikator makro menunjukkan perkembangan yang tidak terlalu mengecewakan pada

2009seperti inflasi, suku bunga, kurs nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG), berada pada kondisi yang cukup stabil. Pergerakan inflasi masih tetap dalam range yang ditargetkan Bank Indonesia (BI), yaitu 5-7%.

Relatif stabilnya tingkat inflasi ini, membuat BI memiliki ruarig untuk menurunkan tingkat BI Rate dari 8,8% pada Januari 2009 menjadi 6,5% pada Desember 2009. Selain itu, kurs nilai tukar rupiah terhadap USS relatif berfluktua-tif dan berada di kisaran Rp 9.200-Rp 11.980.

Di tengah berbagai tantangan yang bakal dihadapi pada 2010, persoalan baru pun menghantui banyak pihak, khususnya dunia usaha dalam penerapan perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA) ASEAN-Tiongkok.

FTA dinilai bisa mematikan produksi industri dalam negeri sendiri (kebangkrutan) pada dunia usaha domestik, sehingga peningkatan pemutusan hubungan kerja (PHK) sudah bisa dipastikan. Ada lagi masalah lain seperti ketersediaan listrik nasional. Untuk itu, pekerjaan rumah pemerintah semakin berat. Bila hal-hal di atas tidak bisa diatasi secara baik, maka sulit mewujudkan perekonomian pada

2010yang lebih baik bagi kesejahteraan. [SP/Hendro Situmorang]