Back To Top

Monday, May 4, 2020

Gelar Diskusi hingga Tampilkan Jam Tangan Edisi Khusus KarSa



Menilik Kegiatan di Kampus AWCB" Argosari Centre


SEKILAS orang pasti tidak mengetahui, jika rumah bercat hijau dengan ukuran 9x15 meter persegi merupakan kawah candradimuka dari personal AWCB yang disiapkan terjun ke masyarakat.

DITEMPAT itulah banyak pemikiran-pemikiran cerdas yang keluar dalam rangka pemenangan pasangan KarSa. Sebagai Cagub-cawagub Jatim. Mulai dari gelar diskusi pelajar, pembuatan jam tangan edisi khusus gambar Soekarwo hingga tas kresek bergambar KarSa


Cucuran keringat akibat udara panas diluar tak dihiraukan oleh sebagian mereka. Sebaliknya mereka justru asyik melakukan diskusi-diskusi kecil terkait tentang cara sosialisasi pasangan KarSa kepada masyarakat Jatim. Pemikiran cerdas terus ber-keluaran. Mulai soal isi ajakan yang dipasang di baliho, pembuatan jam tangan edisi khusus hingga cetak tas kresek KarSa.

Semua yang dilakukan ini menurut koordinator Aliansi Wong Cilik Bersatu (AWCB) Jatim-Ir Nunung S Nugroho adalah untuk memenangkan pasangan KarSa.

Karenanya sangat disayangkan jika nama besar Soekarwo dan Syaifullah Yusuf (KarSa) yang diusung oleh PAN dan PD dalam Pilgub Jatim mendatang dibiarkan begitu saja.

Sebagai organisasi kemasyarakatan yang tidak condong ke partai, AWCB berjanji akan beruang menjadikan KarSa pemimpin masa depan. Tak ayal keberadaar kampus Argosari Centre sering menjadi jujugan pendukung KarSa dari luar kota. Meski kondisi dan arsitekturnya tidak sebesar dan semewah posko bersama KarSa di Jl Comal, namun kampus ini banyak sekali menelorkan sebuah gagasan yang akhirnya dicontoh oleh cagub lain. Diantaranya isi ajakan di Baliho KarSa, pin KarSa hingga stiker di mobil.

Berikut ketika semua orang tak memandang dua duta Surabaya dari Sanggar Alang-alang yaitu Hidayat dan Siti yang mampumasuk 20 besar dalam Idol Cilik, AWCB yang pertamakali tampil untuk memberikan bantuan.

"Kasihan mereka. Sebagai duta dari Surabaya sebenarnya dia telah membawah harum kota. Tapi sebaliknya ternyata pejabat disini menutup mata. Terbukti ketika mereka kesulitan pendanaan untuk berangkat ke Jakarta, tak ada seorang-pun yang memberikan bantuan,"tukas alumnus UGM Fakultas Tekhnik Sipil ini dengan nada sesal. Tidak hanya menggelar diskusi dan mencetak cinderamata KarSa dalam rangka mendapatkan dukungan dan suara dari masyarakat. Tapi lebih dari itu AWCB bahkan berdiri sebagai oragnisasi sosial.

Terbukti ketika Jatim diguncang dengan bencana alam berupa banjir hingga tanah longsor, ternyata organisasi kemasyarakntnn yang lahir 22 November 2005 memilih untuk memberikan bantuan. Bersama sukarelawan AWCB, mereka mencoba mendatangi daerah bencana yang terisolasi untuk menyerahkan bantuan makanan.

"Ini adalah panggilan,"ungkapayah dua putra ini singkat tanpa ada keinginan memamerkan diri. Yang pasti berdirinya AWCB ini dimulai dengan aksi kumpul-kumpul masyarakat kecil yang merasa termarjinalkan tanpa melihat yang bersangkutan dari partai dan asalnya dari mana.

Sebaliknya, mereka mengharap dapat dilibatkan dalam pengambilan sebuah keputusan ditingkat pemerintahan. Karenanya dengan dibukanya kran demokrasi yang pertamakali di Jatim, dimana Gubernur Jatim akan dipilih langsung oleh masyarakat, hal ini menjadi kesempatan AWCB untuk mengusung pemimpin yang benar-benar tahu dengan kondisi rakyat yang sudah menderita ini.

"Dan kebetulan hanya figur Pa-kde Karwo-lah yang mampu mengemban tugas berat tersebut. Hal ini dibuktikan dengan kedekatannya dengan masyarakat lewat program-program yang telah dirintisnya sejak yang bersangkutan belum mencalonkan diri sebagai Gubernur Jatim. Ifc siti soelistyani