Perhotelan Masih Jadi Core Bisnis
ilustrasi hotel |
KETUA Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Wiryanti Sukamdani punya pandangan tersendiri terkait akan diberlakukannya perdagangan bebas ASEAN-China mulai tahun depan.
Menurutnya, kesepakatan perdagangan bebas tersebut tidak dilihatnya akan memberikan pengaruh buruk di industri pariwisata. Dia berpendapat, yang paling berat menanggung risiko kebijakan itu adalah sektor manufaktur sepernautomotif dan tekstil."Pariwisata mungkin positif karena orang dari luar akan traveling ke sini," ujar ibu satu orang putra yang juga Wakil Presiden Komisaris PT Sahid International HotelManagementConsultant (Sahid Grup) itu.
Wiryanri yang akrab dipanggil Yanti menambahkan, sektor pariwisata juga merupakan pembuka jalan bagi sektor lain selama situasi ekonomi masih kondusif. Ini sesuai dengan konsep pembangunan ekonomi pariwisata, yakni TTI (tourism, trade, investment).Hanya saja, menurut putri sulung pendiri GrupSahid.Suk amdani Sahid, dalam pengembangan pariwisata diperlukan sejumlah inovasi dan kreativitas agar terus bisa bersaing. Dia mencontohkan Hotel Sahid Jakarta yang dikelolanya, dalam beberapa tahun terakhir terus bersolek agar tampil lebih menarik.
Meski demikian, dia mengakui dalam pengembangan pariwisata dan bisnis perhotelannya, masih ditemukan sejumlah kendala mulai dari infrastruktur jalan, pelabuhan udara maupun laut, terutama di daerah pelosok.
Tetap Eksis
Di usianya yang lebih dari setengah abad, eksistensi Grup Sahid di industri perhotelan kian diakui. Bisnis keluarga yang kini dijalankan oleh generasi kedua itu terus melakukan ekspansi, tidak saja di Pulau jawa, tapi juga di luar Jawa.Menurut Yanti, keberhasilan Grup Sahid bertahan di tengah persaingan bisnis perhotelan adalah karena adanya keseimbangan dalam menjalankan bisnis. Keseimbangan yang dimaksud adalah kegiatan di luar bisnis dengan tujuan pemberdayaan yang dikemas dalam bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social respon sibllity(CSR).
Dalam kegiatan CSR-nya, Sahid menjalankan secara langsung kemitraan dengan penduduk di daerah pertanian di kawasan Bogor, Jawa Barat dan Sragen, Jawa Tengah. Khusus di daerah Bogor, Sahid mengembangkan pertanian organik dengan pupuk yang dihasilkan dari 11 rn bah makanan dari salah satu jaringan Hotel Sahid di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat."Hotel kami yang di sana memiliki mesin pengolah limbah makanan menjadi pupuk. Hasilnya luar biasa, buah atau sayur yang dihasilkan dipasok ke hotel," kata perempuan berusia 55 tahun yang namanya masuk dalam urutan ketujuh Wanita Paling Berpengaruh Indonesia 2009 versi majalah Globe /kia itu.
Adapun di Sragen yang juga melakukan pemberdayaan terhadap petani, Yanti mengklaim telah berhasil menciptakan lapangan pekerjaan untuk sekitar 10.000 pengangguran. Dia menggunakan pola kemitraan dan dana bergulir sehingga hasil dari satu wilayah dipakai untuk mengembangkan daerah lain.Produk pertanian yang dihasilkan pun beragam, mulai dari buah pepaya, buah naga hingga pare dan semangka.
Ketika ditanya prospek Grup
Sahid ke depan, dia berujar, sebagai perusahaan Sahid akan tetap pada core bisnisnya di bidang perhotelan. Menurutnya, untuk mencapai target di bidang bisnis, dia berpegang pada prinsip, pertama, bisa menentukan posisi pasar yang akan dibidik."Selain itu harus loyal dan jangan pernah berpikir kecil. Mulai dari kecil tidak apa-apa, tapi harus tetap berpikir besar," katanya.
Saat ini Grup Sahid menjalankan bisnis properti (hotel dan apartemen , pendidikan, kesehatan, dan sosial. Khusus untuk hotel, Sahid memiliki 19 hotel di seluruh Indonesia.Terkait target pertumbuhan perusahaan, Yanti menyatakan bahwa setiap tahunnya selalu menargetkan pertumbuhan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. "Kita hitung inflasi baik rupiah maupun mata uang asing. Saya tekankan bahwa kita harus tumbuh sekian. Itu terserah manajemen jika Anda tidak mau tumbuh maka orang lainyang akan tumbuh," katanya.Memasuki 2010 yang tinggal beberapa hari lagi, Sahid juga berencana menambah jaringan sekitar 10 hotel di seluruh Indonesia. Selain di Jakarta, pengembangan bisnis hotel juga membidik daerah lain seperti Pekalongan, Banyu-wangi,Mamuju(Sulawesi Selatan), Bontang dan lainnya.