Menelaah Peran Mendidik Waspada Oleh Syawal Gultom
ilustrasi peran |
Sebagai sahabat sejati John Tafbu sangat menghargai karya-karya monumental Waspada selama ini untuk memberikan pendidikan politik, demokrasi, kesehatan dan sosial bagi pembacanya. Bahkan terselip dalam sinyalemen beliau. Waspada memiliki para pembaca "fana-tis" atas konsistensi sikap Waspada selama 63 tahun. Tidak saja kalangan akademisi dan politisi tetapi juga kalangan remaja yang gemar mengikuti rubrik-ru-brik tertentu.
Jhon Tafbu sebagai sahabat sejati mengamati, rubrik pendidikan Waspada mencoba melakukan pergeseran. Pastilah pergeseran itu memiliki latar meski ada pembaca yang tidak setuju. Dahulu ada Waspada Taruna dengan segmen remaja, kemudian ada Universitaria yang mendorong kemunculan penulis-penulis kritis. Sayangnya, sikap kritis pemberitaan belum menemukan karakter yang spesifik dengan tema lokal, seperti kehidupan guru terpencil, perlakuan bjro-krasi terhadap mereka, kondisi sekolah-sekolah swasta dan pesantren. Fenomena ini bukan hanya oleh Waspada tapi juga oleh media lokal lainnya. Bahkan belum ditemukan secara komprehensif kajian kritis yang dapat menampilkan keunggulan dan kelemahan PTN dan PTS atau lembaga lainnya secara lebih substantif dan operasional.
Seluruh mass media, termasuk Waspada membutuhkan kehadiran karya akademik yang dapat membangkitkan gairah membaca semua kalangan. Ditulis dengan misi yang jelas oleh sosok-sosok akademisi yang mumpuni. Sangat langka karya hasil penelitian dan kegiatan ilmiah yang dapat membantu segenap institusi pendidikan untuk memperbaiki citra dan reputasinya. Idealnya, lewat karya-karya akademisi yang handal, Waspada dapat menyajikan kebutuhan dunia pendidikan secara holistik terkait dengan norma pendidikan, politik pendidikan, standarisasi mutu pendidikan, dan lain sebagainya. Tema-tema ini akan semakin menarik untuk dikaji jika saja dilakukan lewat kajian penelitian yang mendalam, holistik serta dengan fokus yang lebih jelas.
Mencermati sumbangsih yang telah diberikan Waspada selama ini, amat pantas jika Waspada berbenah menata opini sejajar dengan koran-koran nasional bahkan internasional. Ada misi dan fokus yang teratur dan kemudian diukur dampaknya terhadap masyarakat, perilaku birokrasi, reformasi pelayanan publik, pendidikan masyarakat atau bahkan dampaknya terhadap Waspada sendiri.
Dua tahun yang lalu, Bambang Sudibyo (Mendiknas saat itu) pernah mengkritisi peran media massa khususnya media cetak dalam mendidik anak bangsa. Paling tidak ada dua fokus yang disoroti. Pertama, mekanisme serta strategi pendidikan yang dilakukan media massa, dan kedua, frame of reference para jumalis pendidikan. Pendekatan yang dipilih media massa tentu berbeda dengan lembaga pendidikan, meski keduanya ber-irisan pada substansi dan hakikat pesan pendidikan.
Namun, pengungkapan yang dilakukan para jumalis amat tergantung dengan keluasan wawasan yang dimilikinya untuk mengarahkan dan menggali seluruh potensi yang dimiliki para nara sumber. Karena pendidikan memerlukan proses yang panjang maka konsistensi sikap media massa akan menjadi ukuran signifikansi perannya. Tidak mudah bagi media massa termasuk Waspada untuk selalu konsisten bersikap dengan data yang objektif dan kadang-kadang harus provokatif apabila dihadapkan dengan kekuasaan birokrasi, kekuatan kompetitor serta keinginan masyarakat yang sangat bervariasi ditengah arus persaingan bisnis yang tidak menentu.
Ketika Waspada melakukan hal itu tentu telah siap dengan berbagai risiko. Tidak jarang opini Waspada menimbulkan polemik berkepanjangan bahkan mengancam eksistensinya ketika berhadapan dengan berbagai kepentingan. Berpihak pada rakyat dan kebenaran tetapi tetap akomodatif dengan para birokrat adalah pekerjaan yang sangat sulit diformulakan. Di hari ulang tahun Waspada ke 63 ini tampaknya dibutuhkan formula yang tahan uji dan dipahami segenap pemangku kepentingan internal dan eksternal Waspada. Hal ini akan merupakan kelebihan Waspada yang tidak dimiliki media lain.
Persoalan krusial tentang peran mendidik media ada pada ketajaman analisis yang kontekstual (bukan tekstual) dan keakuratan sajian yang didukung data keteladanan yang mumpuni. Dalam hal ini dibutuhkan analisis yang kritis dan tetap independen untuk mengendalikan praktik pendidikan, politik dan lain sebagainya Apakah pendidikan yang kita selenggarakan saat ini masih berpijak pada teori pendidikan? Apakah para pendidik yang keseharian bergumul dengan siswa memiliki bekal yang cukup sehingga seluruh tindakan, sikap dan pikirannya berlandaskan teori pendidikan? Apakah para pemegang mandat publik menempatkan pendidikan sebagai kebijakan publik ? Adakah media tetap kritis dan konsisten mengawal kebijakan pendidikan ? Adakah media yang mensinergikan para akademisi, politisi, dan birokrat untuk menghasilkan kajian multi perspektif? Apakah ada informasi yang cukup disajikan media untuk memahami kurikulum, baik isi maupun strukturnya? Dan masih banyak pertanyaan lain tentang politik, ekonomi, keshatan, budaya yang memerlukan kajian yang memadai.
Mungkin para jurnalis pendidikan belum mengorganiser hal-hal yang secara berkesinambungan menyajikan solusi persoalan-persoalan pendidikan. Dalam memperkuat perannya, kedepan Waspada sangat memiliki peluang untuk melakukan kajian bersambung yang secara tematik dapat menjadi acuan segenap penggiat pendidikan untuk bersikap dan berperilaku. Dengan prestasi yang dimiliki Waspada selama ini, sepatutnya Waspada mampu mematahkan hegemoni penulis pusat-daerah. Waspada tidak akan kehabisan fenomena dan penulis kritis asal ditata secara holistik. Amatilah contoh konkrit tentang porsi opini yang ditampilkan Waspada. Secara umum opini itu banyak yang sangat konstruktif meski masih perlu lebih fokus dan mengintegrasikannya dengan perkembangan kondisi termutakhir dengan misi yang lebih jelas.
Integrasi
Tematik dan tuntas merupakan salah satu strategi mendidik media yang layak dipertimbangkan. Harmoni antara akademisi dengan jumalis dapat dikatakan sebagai awal mula penyajian opini yang dapat menjawab berbagai persoalan. Tetapi keterbatasan/ra/ne of reference dapat mengakibatkan pengungkapan yang tidak mendalam dan mengakar menyelesaikan berbagai persoalan. Terkait dengan kemampuan jurnalis untuk melakukan pemetaan keahlian dan style para nara sumber, integrasi akademisi, praktisi maupun politisi menjadi sangat penting. Sinergi integrasi ini akan dapat membangun pengaruh bahkan memandu seluruh aktivitas pelayanan terhadap rakyat.
Jika dilihat dari intensitas pengaruh, maka media massa atau Waspada memiliki porsi yang lebih besar untuk mendidik rakyat Bahkan melebihi peran lembaga pendidikan khususnya pada jalur non formal dan informal sebab jangkauannya lebih luas dan kontinuitasnya lebih terjamin. Bagi masyarakat yang gemar membaca, mass media dapat dianalo-gikan dengan swalayan yang menyediakan segala kebutuhan. Ibarat berbelanja di mall yang menggabungkan pasar tradisional dengan pasar modern, kita dapat menjangkau seluruh kebutuhan pada satu lokasi yang terpusat. Itulah mass media yang jika diramu dengan bahasa yang sederhana dan akrab dengan keseharian masyarakat.
Dia boleh mengolah hasil riset yang rumit menjadi bahasa yang mudah dicerna oleh semua kalangan. Teori-teori pendidikan yang sangat kompleks dapat diubah kedalam aksi keseharian guru di sekolah dan dapal dipahami oleh orang tua siswa untuk menambah wawasan ya tentang dunia sekolah. Bagi pembaca yang jeli, pastilah menaruh harapan besar terhadap Wasfxula agar memperoleh analisis yang memadai tentang seluruh fenomena pendidikan sampai keakar-akarnya. Bahkan bila diperlukan, dia tampil dengan jenaka melahirkan sindiran-sindirian atau jargon-jargon yang mendidik.
Tidak terbayang bagaimana rumitnya menyampaikan informasi tentang pendidikan demokrasi dan memahami pendidikan politik negeri ini andai kehadiran media massa tidak rutin. Juga tidak terbayangkan bagaimana praktik-praktik penyimpangan oleh oknum jika tidak dikendalikan oleh media massa secara terbuka. Media massa memiliki peran yang sangat strategis bahkan dapat seimbang dengan peran lembaga resmi dalam melakukan pendidikan bagi rakyat. Kadang-kadang respon sosial masyarakat lebih banyak dipengaruhi oleh pendidikan yang dilakukan oleh media massa. Mungkin yang dibutuhkan adalah mengintegrasikan misi yang dimiliki oleh jumalis, akademisi, redaktur dan pemilik media. Oleh karenanya penataan sebuah media harus mampu mengintegrasikan komponen itu guna memahami misi yang tematik mengatasi berbagai masalah-masalah pendidikan.
Fokus
Salah satu kelemahan pengungkapan yang dilakukan media bukan karena tidak aktualnya kajian yang dipaparkan tetapi lebih pada analisis yang ditampilkan. Oleh karenanya media yang mapan bukan dikendalikan oleh penulisnya, tetapi seluruh opini ditata oleh redaktur sesuai misi yang telah ditetapkan. Dengan demikian para penulis akan berupaya melakukan kajian setuntas mungkin dalam perspektif yang berbeda-beda Kendali mutu ada di tangan redaktur. Sejauh ini Waspada telah mencobanya secara tematik meski masih langka tulis-an-tulisan yang berbasis hasil riset yang mendalam.
Teori yang mengatakan, media bergerak berdasarkan pemetaan pembaca menjadi tidak relevan lagi. Yang benar adalah pembaca harus diformat sesuai misi dan arah yang diinginkan. Ketergantungan pembaca terhadap media bukanlah karena mengikuti selera pembaca tetapi lebih pada dampak yang dapat dirasakan atas informasi perkembangan termutakhir.
Oleh karena itu paradigma yang dibangun media mestinya berpijak pada kepentingan masa depan bukan mengikuti trend perkembangan yang ada, sebab trend yang terjadi saat ini dapat saja telah menyimpang dari kebutuhan masa depan. Media harus selangkah lebih maju dari apa yang dipikirkan pembacanya Bagaimanapun juga media yang hanya sekedar mengikuti selera pembacanya akan mengalami kejenuhan.
Mestinya masyarakat harus diajak menyenangi hal-hal baru, bukan sekedar menjustifikasi keadaan saat ini yang cenderung hanya pemuasan rasa kecewa atas segala hal yang terjadi. Oleh karenanya tidak cukup hanya menyajikan fakta dan tafsir kuantitatif berdasarkan norma hukum atau teori yang berlaku. Tetapi penyajian fakta harus dibarengi dengan proses kelahirannya dan tidak menutupi kontribusi berbagai pihak. Cara ini akan memberikan peluang bagi pembaca untuk memformulasi cara-cara untuk mengatasi berbagai fakta penyimpangan.
Mendidik
Mendidik mengandung tiga unsur yang terdiri dari teori, praksis dan praktik. Makna yang hakiki pendidikan juga tiga, filosofis, strategis dan praktis. Pemahaman yang sempit terhadap ketiga unsur ini dapat mengakibatkan pekerjaan mendidik menjadi menyimpang.
Kajian-kajian teoritik biasanya tidak menarik jika ditampilkan lepas dari konteks masalah garapannya Komponen praksis dalam pendidikan berupa aturan (termasuk Undang-undang atau PP) sering tidak dipahami dengan baik apalagi dalam domain latar pemunculan dan ruhnya sebagai reperesentasi kebijakan, contohnya PP 19 sebagai standar nasional pendidikan. Akibatnya terjadi perbedaan penafsiran yang berujung pada perbe-
daan implementasi (praktik).
Pada domain praksis, media seharusnya mengambil peran yang sangat strategis untuk menampilkan secara kontinu dan tuntas tentang tinjauan multi dimensi sebuah praksis pendidikan. Dalam hal ini diperlukan kemampuan media untuk memetakan, meranking dan membagi porsi akademisi dan praktisi sehingga menghasilkan kajian yang holistik. Bukankah perbedaan penafsiran tentang praksis pendidikan seperti UU Sisdiknas, UU BHP dan PP 19 telah menguras energi kita untuk berdemo, menempuh proses hukum dan lain sebagainya. Mungkin yang masih langka dilakukan media adalah mengevaluasi hasil pemberitaan yang dilakukan melalui mekanisme yang integratif antara penulis, jumalis dan masyarakat pembaca.
Mengamati kematangan dan pengalaman panjang yang dimiliki Waspada, ada satu peluang besar yang memerlukan penanganan yang fokus dan terintegrasi. Fakta menunjukkan bahwa landasan teori dan praksis pendidikan di negeri ini telah mengalami kemajuan yang pesat. Persoalannya, dalam tataran implementasi muncul masalah-masalah krusial bahkan sering berkepanjangan tidak terselesaikan. Fenomena ini dapat menjadi fokus utama media di masa mendatang sebab implementasi jauh dari wujud rancangan yang ada. Tantangannya ada pada individu, kekuatan leadership dan mismanagement. Kajian inilah yang paling penting mendapat perhatian media. Kajiannya dapat diramu dalam kerangka saling mengendalikan dan best practices sharing.
Seperti diuraikan sebelumnya, pemaparan yang tuntas tentang kehidupan sekolah daerah terpencil baik guru maupun siswa dapat berfungsi sebagai motivasi bagi sekolah potensial dan membangkitkan partisipasi stakeholders. Waspada sangat potensial untuk menangkap peluang ini apalagi jika reperesentatif dapat menggambarkan seluruh daerah. Kajian-kajian kritis tentang fenomena empirik praktik pendidikan yang dikaitkan dengan teori dan praksis yang relevan jauh lebih powerful untuk mengubah perilaku segenap pemangku kepentingan pendidikan.
Sustainability
Tidak jarang rubrik media yang telah tertata dengan baik tidak berkelanjutan. Waspada juga pernah mengalami hal yang sama. Secara sederhana sustainability dibatasi sebagai nilai kebertahanan makna melalui proses inovasi. Dimensinya berupa konstruksi sosial, realitas kehidupan, ideologi dan juga domain politik, konteks yang negosiatif, visi dan arah pengembangan, dinamika kehidupan, kontroversi dan sumber konflik, norma, etika dan moral, serta inovasi atau katalis perubahan. Lewat dimensi inilah sustainability dapat diperjuangkan.
Tak dapat dipungkiri bahwa selama 63 tahun Waspada telah menunjukkan perannya untuk mendidik rakyat. Meski berbagai kritik terus mengalir, pro dan kontra bermunculan, namun tidak dapat dinafikan, pendidikan dan pengendalian yang dilakukan Waspada telah berhasil membentuk opini dan mampu mengurangi laju bebagai penyimpangan akibat konsistensi keberpihakannya terhadap kebenaran. Namun demikian masih banyak peluang yang dapat dimanfaatkan Waspada untuk menyamai atau bahkan melibihi media skala nasional atau bahkan internasional.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, kajian tematik yang dilakukan secara berkesinambungan dan diintegrasikan dengan misi yang jelas masih sangat mungkin dilakukan Waspada. Membangun motivasi guru di kota besar melalui pemaparan kehidupan guru di pedesaan pastilah sangat inspiratif. Memetakan karya-karya akademik untuk menjawab berbagai polemik merupakan peluang yang akan membawa Waspada pada lompatan-lompatan prestasi melebihi prestasi yang selama ini. Perimbangan informasi antara kehidupan rakyat miskin dan tidak miskin dengan analisis multi dimensional dapat menjadi ciri khas Waspada. Di hari ulang tahun yang 63 ini, seluruh pembaca Waspada akan tetap setia menunggu karya-karya yang mendorong perubahan kehidupan menuju keadilan yang maslahat dan kemaslahatan yang adil. Dirgahayu Waspada.
Penulis adalah Rektor Unimed.