Back To Top

Monday, May 18, 2020

Lindungi Bayidari Incaran Sindikat Pencuri



Kasus penculikan bayi kini semakin merebak, ironisnya, peristiwa itu terjadi di lembaga-lembaga kesehatan masyarakat tempat yang seharusnya memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pasien.Sirna sudah keresahan dan kesedihan yang dialami pasangan Mun.nm Edi Sugianto. Buah hati mereka yang menghilang, telah kembali ke pelukan. Bersyukur, bayi mungil yang diculik saat usianya baru 14 jam itu dalam kondisi sehat walafiat.

Peristiwa buruk itu terjadi pada 8 Januari 2010, hari kelahiran sang bayi berkelamin laki-laki itu. Mur-tanti memilih Puskesmas Kem-bangan, Jakarta Barat, sebagai tempatnya bersalin. Sedikit pun tak terlintas dalam benaknya dia akan kehilangan bayi yang dila-hirkannya, apalagi di puskesmas, tempat yang seharusnya menjamin keamanan dan keselamatan pasien.

Setelah diselidiki, penculikan itu ternyata dilakukan oleh seorang bidan honorer yang bertugas di puskesmas tersebut. Suryani Indah Sari, nama si penculik mengaku menculik karena terdorong oleh keinginan memiliki buah hati. Selama tiga tahun pernikahannya, dia dan suaminya belum diberkahi keturunan. Benar atau tidaknya pengakuan itu polisi masih terus menyelidikinya.

Kasus serupa juga terjadi di Semarang, (awa Tengah, beberapa waktu lalu. Muhammad Zain Fazza Azahra, bayi dari pasangan Dwi Sulistyowati dan Muhammad Yahron hilang di RSUD Semarang pada 20 Oktober tahun lalu. Mi-risnya, hingga kini Zain belum berhasilan ditemukan.

Penculikan bayi yang terjadi di rumah sakit itu bermodus kan seseorang yang mengaku-ngaku sebagai bidan meminta izin Dwi untuk meman dikan Zain. Namun, temyata itu hanyalah akal-akalan bidan gadungan tersebut untuk melarikan sang bayi.

Bukan hanya peristiwa penculikan bayi yang membuat Dwi dan Yahron begitu prihatin, tetapi juga sikap rumah sakit yang tampaknya lepas tangan atas peristiwa itu. Bukannya membantu menemukan sang bayi, pihak rumah sakit malah hendak "menukar" Zain dengan bayi adopsi lain plus uang 50 juta rupiah. Pasangan Dwi dan Yuhron disinyalir berasal dari kalangan kurang mampu.

Kejanggalan bertambah ma nakala respons pengelola rumah sakit dan polisi datar-datar saja. Setelah lebih dari dua bulan, belum satu pun petunjuk mengenai keberadaan Zain yang ditemukan polisi

Sementara itu, pihak rumah sakit bahkan menunjukkan foto Zain yang menurut sang ibu bayinya itu tidak pernah difoto sebelumnya. Dengan fakta-fakta seperti itu, wajar saja jika orang tua bayi dan masyarakat bertanya-tanya ada apa sebenarnya di balik peristiwa itu.

Terus Meningkat

Selama ini, kasus-kasus penculikan bayi atau anak-anak kerap memakai modus operandi penculikan di rumah korban. Korban dirayu atau diiming-imingi hadiah menggiurkan. Adanya kasus penculikan bayi di rumah sakit atau lembaga kesehatan cukup menyentak dan mengkhawatir-

kan. Dugaan pun mengarah pada adanya sindikat perdagangan manusia (human trafficking) yang tersusun rapi dan sulit terjangkau aparat keamanan.

Karenanya, mau tak mau, pihak berwajib mesti bekerja ekstra keras untuk membongkar tindakan kriminal itu. Menurut

Arist Merdeka Sirait, Sekretaris lenderal Komisi Nasional Perlindungan Anak, kasus yang terjadi di Puskesmas Kembangan dan RSUD Semarang itu menjadi pucuk fenomena gunung es penculikan bayi.

Dua tahun lalu, Arist memaparkan setidaknya ada 72 kasus

bayi dan anak bilang. Dari jumlah itu, sekitar 12 kasus di antaranya terjadi di lembaga kesehatan seperti klinik, rumah sakit, atau puskesmas.

Bukannya menurun, setahun kemudian, jumlah kasus penculikan bayi dan anak malah meningkat. Dari 102 kasus yang terjadi,
sekitar 26 kasus terjadi di tempat bersalin.

"Andai kondisi itu dibiarkan terus, pada 2010 probabilitas terjadinya penculikan anak bisa meningkat," ujarnya. Arist menambahkan ada banyak motif yang melatari terjadinya penculikan bayi, mulai dari meminta uang

tebusan, dendam pribadi, adopsi ilegal, hingga yang paling menakutkan ialah penjualan organ tubuh. Dua motif terakhir, kata Arist, merupakan bagian dari perdagangan manusia.

Arist memperlihatkan data adanya sindikat internasional yang diduga menculik anak dan balita untuk diambil organ tubuhnya dan selanjutnya diperdagangkan. Seorang anak asal Indonesia pernah ditemukan di Tokyo, [epang, dalam keadaan satu ginjalnya hilang dan ada guratan luka bedah di pinggang. Bocah itu diperkirakan merupakan korban perdagangan manusia ketika usianya mencapai delapan tahun.

Maraknya penjualan organ itu tidak terlepas dari adanya permintaan pasar. Tanpa tedeng aling-aling, suplai bagian tubuh yang utama seperti ginjal, hati, dan bola mata laris dijual di pasar gelap. Umumnya, ketersediaan dari berbagai organ vital itu diambil dari negara dunia ketiga yang tingkat perekonomiannya rendah. Sejumlah negara di Asia seperti Nepal, Sri Lanka, dan Bangladesh menjadi pemasok utama dari organ anak-anak malang tersebut.

Berhati-hati

Vita Nurjanati, 27 tahun, seorang ibu hamil di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, mengatakan kasus penculikan di lembaga kesehatan yang terkuak baru-baru ini jelas sangat mengkhawatirkannya. "Harus percaya dengan lembaga apalagi saat ini. Rumah sakit sebagai rujukan utama, temyata bisa juga lepas dari tanggung jawab," ujarnya.

Ibu yang bekerja sebagai pegawai bank swasta itu memiliki rencana untuk melahirkan anaknya secara normal di rumah sakit negeri yang ada di Surabaya.

Namun, pasca menyimak kasus penculikan bayi itu, dia pun ketakutan apabila nantinya dia dipaksa untuk melahirkan secara caesar dengan alasan dokter yang mengada-ada.

Untuk itu agar dia dapat menjaga bayi dan kondisinya dengan baik tanpa dibohongi pihak rumah sakit yang hanya mencari keuntungan, Vita pun berencana memilih rumah sakit bonafide yang kompeten dalam menangani pasien dan telah menerapkan standar operasional terbaru.

Selain itu, keterlibatan suami dan orang tua menjadi tumpuan utamanya karena kepercayaan pada orang asing, bahkan bidan yang membantu persalinannya pun akan diminimalisasinya.

Emy Susanti Hendrarso, Ketua Pusat Studi Wanita Universitas Airlangga, Surabaya, yang juga dosen sosiologi itu menuturkan bentuk pengawasan di berbagai institusi itu harusnya diperketat

"Tidak boleh lagi ada orang lalu lalang sembarangan di ruangan bersalin. Bahkan untuk tenaga medisnya, harus ditetapkan standar operasional yang sangat ketat. Apabila ini lalai dibenahi, jangan harap angka bayi yang hilang akan menurun," pungkasnya.

hag L-2