Nasionalisme ala Bayu, Nasionalisme yang Nggak Basi
DI antara banyak ti Im Indonesia, di antara sedikit film anak-anak di Indonesia, tema nasionalisme adalah tema yang jarang diangkat. Cinta kepada negara, dewasa ini. lebih tidak populer dibanding cinta terhadap Blackberry dan barang-barang impor.
Tetapi tidak dengan Bayu. Dia cinta tim sepakbola Indonesia dan ingin jadi bagian dari itu. Bagi Wahyu Nur Cahyo, Bayu Nugroho. Lita Yanuarti, dan Gindah Ratu Priyasa. kisah Bayu yang punya nasionalisme itu-bisa menjadi contoh bagi para penonton cilik Garuda di Dadaku.
"Aku senang nonton film unik ini. sudah lama tidak ada film yang mengangkat tema cinta tanah air dengan cara yang sederhana dan menyentuh," papar Gindah. Mengangkat tema nasionalisme ke dalam cerita anak-anak, menurut Gindah, sudah jarang sekali dilakukan media hiburan Indonesia saal irti.
"Kalau cerita anak, ya kebanyakan senang-senang. Tidak ada yang mengaitkan dengan nasionalisme," tambahnya.
Karena pemilihan tema yang pas, film ini patut masuk daftar tontonan untuk keluarga. "Menarik dan mendidik sekaligus. Beda dengan film-film Indonesia kebanyakan. Ka-. lau tidak mengangkat tema misteri, ya cinta picisan yang tidak edukatif." dukung Lita.
Mengangkat tema sepakbola juga unik. Bagi sebagian besar anak laki-laki, sepakbola adalah olahraga favorit. Semua orang tahu sepakbob Tapi untuk membuat film anaktentang sepakbola, baru kali ini dilakukan.
"Bisa dibilang, pembuat film ini bisa dapat hasil yang dobel. Dengan mengangkat tema yang"populer dalam kehidupan sehari-hari.film ini pasti diminati. Tapi si pembuat film juga menggunakan sepakbola yang populer untuk menunjukkan nilai nasionalisme tersendiri," lanjut Bayu Nugroho.
Lewat interaksi yang alami dan dekat antara karakter pemain, film ini juga mengajarkan bagaimana memulai dan memelihara pertemanan. "Di sini. Bayu nggak akan bisa mendapat apa yang dia bilang tanpa dukungan teman-temannya. Jadi, di sini ditanamkan pentingnya memelihara hubungan baik dengan teman-teman kita," tutur Wahyu
Hubungan Bayu dan ibu serta kakeknya mendapat apresiasi tersendiri dari Gindah. Menurutnya, kedekatan emosi antara Bayu dan keluarganya adalah hal yang sudah seharusnya. "Mereka kan keluarga kita. Orang yang paling dekat dan sebenarnya paling memahami kita." lanjutnya.
Menguatkan kembali tema kedekatan antaranggota keluarga perlu dilakukan karena kehidupan anak-anak zaman sekarang sudah berbeda. Kedekatan dengan orang tua tidak lagi menjadi prioritas. "Misalnya seperti Ayah Heri yang pulang terlambat dari luar negeri dan hanya mengirimkan hadiah. Anak kan tidak hanya butuh hadiah, tapi juga perhatian." landas Lita dan Bayu. (luD